Madiun Tempo Dulu |
Madiun
merupakan suatu wilayah yang dirintis oleh Ki Panembahan
Ronggo Jumeno atau biasa disebut Ki Ageng Ronggo. Asal kata Madiun
dapat diartikan dari kata "medi" (hantu) dan "ayun-ayun"
(berayunan), maksudnya adalah bahwa ketika Ronggo Jumeno melakukan "Babat
tanah Madiun" terjadi banyak hantu yang berkeliaran. Penjelasan kedua karena nama keris yang dimiliki oleh
Ronggo Jumeno bernama keris Tundhung Medhiun. Pada mulanya bukan dinamakan
Madiun, tetapi Wonoasri.
Sejak
awal Madiun merupakan sebuah wilayah di bawah kekuasaan Kesultanan Mataram. Dalam perjalanan sejarah Mataram,
Madiun memang sangat strategis mengingat wilayahnya terletak di tengah-tengah
perbatasan dengan Kerajaan Kadiri (Daha). Oleh karena itu pada
masa pemerintahan Mataram banyak pemberontak-pemberontak kerajaan Mataram yang
membangun basis kekuatan di Madiun. Seperti munculnya tokoh Retno Dumilah.
Beberapa
peninggalan Kadipaten Madiun salah satunya dapat dilihat di Kelurahan Kuncen,
di mana terdapat makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Jumeno, Patih Wonosari selain
makam para Bupati Madiun, Masjid Tertua di Madiun yaitu Masjid Nur
Hidayatullah, artefak-artefak disekeliling masjid, serta sendang (tempat
pemandian) keramat.
Kota
Madiun dahulu merupakan pusat dari Karesidenan Madiun, yang meliputi wilayah Magetan,
Ngawi,
Ponorogo,
dan Pacitan.
Meski berada di wilayah Jawa Timur, secara budaya Madiun lebih dekat ke budaya
Jawa Tengahan (Mataraman atau Solo-Yogya), karena Madiun lama berada di bawah
kekuasaan Kesultanan Mataram.
Pada
tahun 1948,
terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh PKI di Madiun yang
dipimpin oleh Musso
di daerah Dungus, Wungu, Kabupaten Madiun yang sekarang di kenal dengan nama Monumen
Kresek.
Sumber dari : https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Madiun
0 komentar:
Posting Komentar