Sabtu, 24 September 2016

Industri Kampung Brem Kaliabu

Brem merupakan makanan khas dari Madiun. Makanan yang berbentuk persegi panjang dan padat ini sangat cocok untuk oleh oleh. Bagi Anda yang mempunyai hobi makan camilan, jangan sampai ketinggalan mencicipi oleh-oleh khas Madiun ini. Rasanya sangat khas dan tidak ada duanya sehingga siapa saja yang memakannya pasti ketagihan. Sensasi makanan ini muncul ketika dimakan. Brem akan langsung mencair dan lenyap dengan meninggalkan rasa dingin di mulut. Selain terkenal dengan sebutan kota pecel, Madiun juga dikenal sebagai kota brem. Sebutan ini sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu.



Buat kalian yang datang dari luar kota dan kepengen membawa oleh-oleh ini kalian dateng aja ke salah satu pusat industri brem di Madiun berada di Desa Kaliabu, Kecamatan Mejayan, Caruban atau Lokasinya sekitar 25 kilometer arah utara dari Kota Madiun.. Di desa ini ada sekitar enam puluhan pengusaha industri brem. Setiap hari mereka membuat brem dengan rasa dan merek yang berbeda, tetapi tidak meninggalkan ciri khas makanan ini, yakni mudah hancur dimulut tanpa dikunyah.

Tempat wisata ini sangat cocok banget buat kalian yang lagi penasaran gimana ya cara pembuatannya. Atau kalian yang pengen beli langsung dari tempat industrinya. Jika kalian sudah memasuki Desa Kaliabu, nuansa sentra pembuatan brem dapat dengan mudah dirasakan.

Setidaknya terdapat 47 perajin panganan Brem di seluruh Desa Kaliabu, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun ini. Tujuh belas di antaranya bergabung dan membuat kelompok perajin dengan nama “Jaya Makmur”. Dikomandani Supiyati (39) dan ber-skretariat di RT 16 RW 4 Dusun Tempuran. Ia  merupakan penerus dari generasi Marsiyem, ibunya. Tak hanya jadi komandan perajin Brem, Supiyati juga seorang Kepala Dusun di Tempuran. Satu-satunya perempuan kepala dusun di Desa Kaliabu maupun se-Kecamatan Mejayan.
   
Tidak seperti di jaman ibunya, Supiyati sudah memodifikasi proses pembuatan Brem yang tradisional menjadi semi modern. Menggunakan peralatan listrik untuk beberapa tahapan proses. Hanya satu tahapan tradisional yang masih dipakai hingga kini, yaitu saat nguleni tape ketan yang sudah masak setelah diperam tujuh hari tujuh malam. “Proses ini sepertinya tak tergantikan, sebab kami masih percaya cara ini bisa membuat aroma brem jadi tambah sedap. Peralatan modern sudah ada, bahkan mungkin juga bisa dibuat oleh para perajin di sini, tetapi kami tidak melakukannya. Kalau untuk proses yang lainnya sudah dibantu mesin,” terang Supiyati yang sesekali dibenarkan ibunya yang sudah sepuh.

Dari semenjak brem dijajakan dikisaran tahun 50-an, lanjut Supiyati, untuk tahapan membuat Brem tidak ada yang berubah. Bahan baku tetap ketan. Ketan yang menyerupai beras itu direndam lebih dahulu lebih kurang setengah jam atau 30 menit. Dibersihkan sebelumnya hingga terbebas dari kerikil dan kotoran lainnya, kemudian dimasak atau dikaru hingga setengah matang. Baru setelah setengah matang diler atau didingingan di bidang yang lebar. Kalau panas sudah menguap yang artinya sudah dingin, ketan karon atau sudah setengah masak itu kemudian dikukus hingga satu jam atau 60 menit. Berikutnya diangkat, dan didinginkan kembali. Setelah benar-benar dingin baru memasuki tahap peragian. Perbandingannya 24 kilogram ketan masak, ragi yang dibutuhkan adalah 30 butir. Butir-butir ragi dihaluskan kemudian ditebar merata di atas ketan yang sudah masak tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar